Feature

TP Al-Quran Sering Diterjang Ombak, Bibi Alma Tetap Istiqomah Mengajar

Oleh: Matt Rey Kartorejo

SEMANGAT anak-anak membaca Al-Quran terdengar dari bangunan yang sangat sederhana dengan atap seng dan dinding triplek. Di rumah tersebut, Alma Laode (45) warga Desa Bulawan Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) dengan penuh kesabaran tetap memberikan pelajaran Al-Quran kepada anak-anak Desa Bulawan.

Meski sering diterjang ombak, bangunan yang berukuran 8×5 di tepi pantai itu, dengan istiqomah, wanita yang sering disapa Bibi Alma ini melakukan rutinitasnya mengajar ngaji anak-anak warga sekitar.

Saat ditemui di kediamannya, Sabtu (16/3), Bibi Alma mengaku rumah tua yang dijadikan Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA) ini sering dihantam ombak.

Sempat terlintas dari dirinya untuk pindah bangunan agar anak-anak akan aman dari hantaman ombak, Tapi tidak ada tempat dan dirinya tidak berani meminjam rumah orang. Memang ada lahan di samping kuburan, tapi tidak ada lampu penerangan listrik, sehingga Bibi Alma memutuskan bertahan di kediamannya. Tak dapat dibayangkan, bila cuaca laut  bergelombang, dapat membahayakan pengajian anak-anak dan keluarganya.

“Kadang anak-anak saat mengaji, sering kena percikan air karena hantaman ombak. Sampai waktu itu saya sempat trauma, sehingga anak-anak selama empat hari saya liburkan. Maklum rumah saya lokasinya di pinggir pantai. Kalau niat pindah bangunan memang ada tapi mau pindah dimana? tidak mungkin anak-anak sebanyak itu mau tampung dirumah orang. Sehingga saya memutuskan bertahan disini (rumahnya-red),” tuturnya.

Nampak Kondisi rumah Bibi Alma yang menjadi tempat pengajian.

Selain menjadi Taman Pengajian Al-Quran, rumah tersebut menjadi tempat tinggal Bibi Alma bersama suami sambil mengabdi mengajar ngaji. Bibi Alma sendiri memberikan pelajaran Al-Quran sudah sekitar 8 (delapan) tahun mulai dari bulan Agustus 2012. Selama 5 (lima) tahun tanpa dibayar dan tanpa honor satu rupiah pun.

Baca Juga :   Pantai Lakban & Cerita Liburan Keluarga

“Alhamdulillah 2 (dua) tahun terakhir ini sudah mendapat honor dari Pemerintah Desa Bulawan. Yang pertama gaji saya 200 ribu lalu naik 400 dan sekarang sudah 600 ribu rupiah,” ungkapnya.

Anak-anak yang mengaji kata Bibi Alma, ada sekitar 72 orang. Sedangkan ruangan yang jadi tempat belajar ngaji seluas 3×3 meter. “Sehingga saya berupaya bagaimana cara. Jadi harus dibagi dua sesi lain ngaji lain antri sebab bangunan ini tidak bisa menampung banyak orang takutnya akan ambruk,”  ujarnya.

Suami Bibi Alma bekerja sebagai nelayan. Penghasilannya dari melaut selain untuk makan sehari-hari, sebagian dialokasi untuk merenovasi Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA) yang juga tempat dia tinggal.

“Kadang selesai Sholat Dzuhur, saya mencari batu di tepi laut untuk pondasi bangunan rumah dan untuk timbunan. Batu yang dikumpulkan sudah berkisar lima kubik.

“Alhamdulillah ada orang yang masih memperhatikan kondisi ini, mereka memberikan bantuan bahan-bahan bangunan seperti Kayu, Semen dan sirtu. Kalau dihitung dari bahan yang ada sudah masuk 45 persen bangunan ini, dan saya sudah sangat bersyukur,” ungkapnya.

Meski kondisi bangunan sangat memprihatinkan, api semangat Bibi Alma terus berkobar dan tetap bertahan serta terus memberikan pelajaran ngaji.

“Sebelumnya saya tidak ada niat memberikan pelajaran ngaji, tapi saya seperti terpanggil. Yang pertama murid saya hanya 2 (dua) orang lalu bertambah jadi 8 (delapan) bertambah lagi jadi 12 (dua belas) dan sampai sekarang sudah 72 orang, dan Alhamdulillah yang khatam Al-Quran sudah 22 orang,” jelas Bibi Alma.

Dia pun berharap anak-anak yang belajar ngaji akan dibimbingnya sampai selesai.

“Harapan saya, anak-anak akan saya bimbing sampai selesai, dan taman Pengajian ini terbangun sebagaimana harapan. Dan juga saya berharap terutama anak anak mengaji jangan sampai putus. Selagi saya masih bisa meski ilmu yang saya dapatkan masih punya keterbatasan, saya akan berusaha belajar dan bertanya serta membina anak-anak karena kondisi anak-anak sekarang ini butuh pembinaaan dengan agama,” ucap Bibi Alma sambil menangis tersedu-sedu. (*)

Baca Juga :   Mimpi Ayam Stelan Tutup, Komunitas Momais hingga Bahasa Mongondow

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button