Tomohon

PUKKAT Seriusi Masalah Kekerasan dan Diskriminasi di Sulut

TOMOHON, TotabuanExpress.co.id – Kekerasan seksual dan diskriminasi terhadap kelompok Lesbian Gay Biseksual Transgender (LGBT) masih marak terjadi di Sulawesi Utara (Sulut). Kondisi ini menjadi perhatian serius berbagai pihak, termasuk Pusat Kajian Kebudayaan Indonesia Timur (PUKKAT).

Sabtu (08/02), PUKKAT membedah secara khusus persoalan ini diskusi bertajuk “Seksualitas dari Perspektif Budaya Minahasa”. Kegiatan tersebut digelar di Sekretariat PUKKAT, Kelurahan Talete, Kecamatan Tomohon Tengah, Kota Tomohon.
Direktur PUKKAT, Denni Pinontoan mengatakan, lembaga yang fokus pada isu multikulturalisme, feminisme dan jurnalisme ini sangat serius melihat persoalan tersebut.
“Diskusi atau kajian-kajian tentang seksualitas dari beragam perspektif sangat penting untuk memahami seluk beluk hal itu secara komprehensi. Kali ini, kami (PUKKAT,red) mendiskusikan mengenai seksualitas dari perspektif budaya Minahasa,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, latar pemikiran dicetuskan diskusi ini dikarenakan kekerasan seksual relasi perempuan dan laki-laki, seperti Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dan diskriminasi kepada kelompok LGBT masih marak terjadi di Sulawesi Utara (Sulut).

“Dengan mendiskusikan seksualitas dari perspektif budaya Minahasa, maka maksud PUKKAT untuk mendapat nilai-nilai normatif dari budaya untuk menjadi bahan edukasi bagi publik bisa tercapai,” ungkapnya.

Ia juga berharap diskusi-diskusi ilmiah seperti ini dapat terus digalakkan semua pihak, agar kasus-kasus kekerasan serta diskriminasi seksual bisa ditekan bahkan hilang. Selain itu juga agar bisa memberi edukasi terhadap masyarakat luas.

“Berikut kajian-kajian ilmiah seperti ini mesti terus digalakkan agar diskursus publik tentang seksualitas memiliki dasar kajian ilmiah, tidak dari prasangka atau dari wacana-wacana yang bias,” pungkasnya.

Diketahui, dalam diskusi ini PUKKAT menghadir Ruth Wangkai, Rikson Karundeng dan Denni Pinontoan sebagai pemantik. Selain aktivis, jurnalis dan akademisi ini, hadir juga sosiolog, antropolog, teolog, sejarawan serta sastrawan.
Peneliti PUKKAT, Riane Elean yang memandu diskusi tersebut menjelaskan, diskusi ini bertujuan untuk memahami dan mendokumentasikan pemahaman tentang seksualitas dari perspektif budaya Minahasa.

“Masih banyak poin spesifik yang harus digali lagi. Nanti akan ada tindak lanjut menyusul kegiatan yang dibuat ini,” terangnya.
(Tim)

Baca Juga :   Aniaya Isteri Usai Kepergok Dengan Pelakor, Pria Matani Diamankan Totosik

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button