Marsidi Sebut, Untuk Mendukung Program Puskesmas, Harus Ada Tenaga Promotor Kesehatan

BOLTIM, TotabuanExpress.co.id – Tantangan yang dihadapi saat ini terkait pembangunan kesehatan masih sangat besar. Khususnya dibidang hygiene dan sanitasi.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim) Eko Marsidi saat membuka pertemuan E-Monitoring dan Evaluasi (E-Monev) Limbah Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) Puskesmas dan Promotor Kesehatan di Goba Molunow Kecamatan Moooat pada Rabu (2/10/2019) mengungkapkan, saat ini kondisi pengelolaan limbah medis belum sesuai persyaratan sebagaimana Permen LHK.
“Saat ini kondisi pengelolaan limbah medis belum sesuai persyaratan sebagaimana Permen LHK,” kata Marsidi.
Kondisi sekarang ini lanjut Marsidi, Puskesmas yang ada di Boltim, belum sepenuhnya memiliki Sanitarian. Dari 8 (delapan) Puskesmas, hanya 4 Puskesmas yang memiliki tenaga Sanitarian.
Sehingga kesulitan dalam mengembangkan program kesehatan lingkungan di Puskesmas.
“Sanitarian Puskesmas belum juga memahami tata cara pengisian laporan E-Monev.Karena itu untuk mendukung program Puskesmas. Puskesmas mengangkat tenaga promotor kesehatan untuk mendukung program dari dalam dan luar Puskesmas,” jelasnya.
Mantan Kabag Humas ini menambahkan, E-Monev limbah fasyenkes Puskesmas diciptakan untuk memudahkan petugas sanitarian dan pengelola program sehingga data progres dilapangan dapat diupdate secara akurat.
“Data hasil yang diperoleh dapat digunakan sebagai bahan untuk dilakukan advokasi lintas sektor. Untuk menuju pengelolaan limbah yang sesuai dengan peraturan yang ada,” terangnya.
Dia berharap, semua pihak terutama petugas sanitarian dan promotor kesehatan untuk mensukseskan E-Monev fasyankes.
“Semoga pertemuan ini dapat memberikan dampak dan manfaat yang nyata sebagai kontribusi untuk mendukung Kabupaten Boltim sehat,” asa Marsidi.
Sebelumnya, Kepala Bidang Program Kesehatan Dinkes Boltim Kartini Djaman mengatakan apabila limbah cair dari fasyankes tidak diolah terlebih dahulu tetapi langsung dibuang di sungai atau lahan resapan maka fasyankes akan menjadi sumber penyakit.
“Karena itu fasyankes perlu memiliki petugas yang mampu mengelola limbah cair secara benar,” singkat Kartini. (Rima)